Bab III Metodologi
BAB III Metodologi
A. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam kegiatan penulisan ini mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai obyek yang diamati dan diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini dilakukan dengan cara antara lain:
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).
Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi, baik dengan cara melihat ataupun mendengarkan suatu kejadian dan kemudian merekamnya. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun dengan perantara. Dalam observasi langsung, peneliti melihat dan mendengarkan apa yang sedang terjadi.
”Observasi menggunakan pengamatan langsung terhadap fenomena yang diteliti. Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan lain-lain” (Moleong, 2006: 175).
2. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interciewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer), pelengkap teknik pengumpulan lainnya, menguji hasil pengumpulan data lainnya. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mempunyai keuntungan sebagai berikut salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik saja, dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya, sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan teknik pengumpulan data lainnya (Sutopo, 2002: 58).
”Secara sederhana wawancara dapat didefinisikan sebagai percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (Moleong, 2006:186).
Metode ini biasanya dikerjakan dengan mengajukan pertanyaan oleh peneliti kepada narasumber. Ini tidak berarti bahwa wawancara harus dilakukan dengan face to face antara peneliti dengan narasumber. Wawancara dapat pula dilakukan melalui telepon ataupun dituangkan dalam form tertulis dan diajukan kepada narasumber yang menjadi obyek penelitian. Namun dalam pelaksanaa penelitian ini peneliti melakukan kegiatan wawancara ini langsung berdialog dengan narasumber yang berkompeten dengan topik dari penelitian ini agar mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap sesuai yang diperlukan oleh peneliti.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder (Sutopo, 2002: 69).
4. Browsing Internet
Browsing internet terutama ditujukan untuk mengakses World Wide Web, mereka juga dapat digunakan untuk mengakses informasi yang disediakan oleh server web di jaringan swasta atau file dalam sistem file . Web browser utama adalah Windows Internet Explorer, Mozilla Firefox, Apple Safari, Google Chrome, dan Opera.
Tujuan utama dari browsing internet adalah untuk membawa sumber informasi kepada pengguna. Kebanyakan browser dapat menampilkan gambar, audio, video, dan XML file, dan sering mempunyai plug-in untuk mendukung Flash aplikasi dan applet Java. Setelah menemui file yang tidak didukung atau tipe file yang ditetapkan untuk di-download daripada yang ditampilkan, browser akan meminta pengguna untuk menyimpan file ke disk.
B. Teknik Analisis Data
1. Evaluasi Diri Berdasarkan Analisis SWOT
Dalam manajemen modern, dikenal dengan teori analisa medan kekuatan (Force Field Analysis). Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Fouad Sherif dengan istilah Performance Improvement Planning dan dikembangkan oleh PBB untuk melaksanakan lebih dari 250 proyek di berbagai negara.
Ia mengemukakan bahwa: “Apabila suatu organisasi mau membuat suatu perencanaan, langkah pertama yang harus dilaksanakan adalah mengadakan Analisis Medan Kekuatan dengan memperhatikan SWOT”. (Lembaga Administrasi Negara, 1993: 1).
SWOT adalah akronim dari kata-kata Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threats (ancaman). Strenght (kekuatan) adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan/ kelebihan komperatif. Dikatakan demikian karena satuan organisasi memiliki sumber, ketrampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam memuaskan kebutuhan. Contoh: kekuatan pada sumber keuangan, citra positif , keunggulan kedudukan, lembaga dengan unit pemasok input, loyalitas pengguna produk dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan dan sebagainya. Weakness (kelemahan) ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, ketrampilan dan kemampuan menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi.
Berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bias terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki, kemempuan manajerial yang rendah, produk yang tidak/kurang diminati, perolehan keuntungan kurang memadai. Opportunity (peluang) ialah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi satuan organisasi. Yang dimaksud dengan berbagai situasi disini antara lain kecenderungan penting terjadi dikalangan pengguna produk, perubahan dalam kondisi persaingan, peraturan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka berbagai kesempatan baru dalam kegiatan organisasi, hubungan dengan pemakai produk ”akrab” dan hubungan dengan unit-unit terkait “harmonis”. Threats (ancaman), ialah kebalikan dari pengertian peluang yakni factor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu organisasi. Jika tidak segera diatasi akan menjadi ganjalan/ halangan/ hambatan laju aktifitas satuan organisasi baik untuk masa sekarang maupun masa depan. Berbagai contoh antara lain: masuknya pesaing baru, pertumbuhan yang lamban, meningkatnya posisi tawar pemakai produk yang dihasilkan, menguatnya posisi tawar input yang diperlukan untuk proses menjadi output/ produk tertentu, perkembangan dan teknologi yang belum dikuasai. Dapat dipahami bahwa “O” dan “S” adalah kekuatan pendorong sedangkan “T” dan “W” merupakan kekuatan penghambat. Pengaruh-pengaruh eksternal biasanya adalah “O” dan “T”, sedangkan kekuatan yang ada di dalam (internal) organisasi adalah “S” dan “W”
Dari berbagai uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan analisa situasi satuan organisasi adalah suatu kajian untuk mengidentifikasi atau mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi pada saat sekarang sebagai bahan kajian dalam rangka peningkatan, penyempurnaan, dan pengembangan organisasi pada masa yang akan dating. Lingkup kajian analisa situasi pada dasarnya ada dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kelembagaan, ketenagaan, ketatalaksanaan, dana, sarana dan prasarana, dan informasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi kebijaksanaan umum dan mitra kerja seperti instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat/ pemuka agama, dampak iptek/ globalisasi, perubahan tata nilai/ perilaku dan sebagainya.
Dari hal tersebut dapat dilihat betapa banyak dan beragamnya kelemahan dan ancaman yang siap menghambat gerak maju organisasi dalam mencapai sasaran yang hendak dicapai. Konsekuaensi logis dari situasi yang demikian adalah bahwa pihak perencana harus mampu menambah sebanyak mungkin kekuatan pendorong dan menekan sekecil mungkin bahkan menghilangkan sama sekali kekuatan penghambat. Penting disadari bahwa berbagai faktor kekuatan yang sifatnya kritikal berperan sangat penting dalam membatasi usaha pencarian berbagai alternatif dan pilihan strategis untuk digunakan (Sondang.P Siagian, 1995: 174). Dengan demikian dapat dipahami bahwa melalui analisa SWOT, kompetensi khusus yang dimiliki dan kelemahan yang menonjol dapat dinilai dan dikaitkan dengan berbagai faktor penentu keberhasilan satuan organisasi.
Identifikasi SWOT sangat penting karena langkah-langkah berikutnya dalam proses perencanaan untuk pencapaian tujuan yang dipilih mungkin berasal dari SWOT.
Analisis SWOT sering digunakan dalam akademisi untuk menyoroti dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hal ini terutama bermanfaat dalam mengidentifikasi area untuk pengembangan.
2. Faktor Internal dan faktor eksternal
Tujuan dari analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal kunci yang penting untuk mencapai tujuan. Ini datang dari dalam rantai nilai unik perusahaan. Analisis SWOT kelompok bagian kunci dari informasi ke dalam dua kategori utama:
a. Faktor internal - Kekuatan dan kelemahan internal organisasi.
b. Faktor Eksternal - Peluang dan ancaman yang disajikan oleh lingkungan eksternal organisasi.
Faktor internal dapat dipandang sebagai kekuatan atau kelemahan tergantung pada dampaknya terhadap tujuan organisasi. Apa yang mungkin merupakan kekuatan berkaitan dengan satu tujuan mungkin kelemahan untuk tujuan lain. Faktor-faktor yang dapat mencakup semua itu 4P, kepegawaian, keuangan, kemampuan maupun manufaktur, dan sebagainya. Faktor eksternal dapat mencakup masalah makro ekonomi, perubahan teknologi, peraturan perundangan, dan perubahan sosial-budaya, serta perubahan di pasar atau posisi kompetitif. Hasilnya sering disajikan dalam bentuk matriks.
Analisis SWOT adalah salah satu metode kategorisasi dan memiliki kelemahan sendiri. Sebagai contoh, mungkin cenderung untuk membujuk perusahaan untuk menyusun daftar daripada berpikir tentang apa yang sebenarnya penting dalam mencapai tujuan. Hal ini juga menyajikan daftar yang dihasilkan tidak kritis dan tanpa prioritas yang jelas sehingga, misalnya, kesempatan lemah mungkin muncul untuk menyeimbangkan ancaman yang kuat.
Comments
Post a Comment